Jumat, 10 Agustus 2012

Laporan Pendahuluan IUFD

Laporan Pendahuluan IUFD




2.1. Definisi IUFD
Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uteri fetal death (IUFD) tidak jarang dijumpai, baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
a.       Sebelum 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus.
b.      Sesudah kehamilan 20 minggu : biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim.
2.2.  Etiologi
1.      Perdarahan : Plasenta previa dan solutio plasenta.
2.      Pre-eklamsi dan eklamasi.
3.      Penyakit-penyakit kelainan darah.
4.      Penyakit infeksi dan penyakit menular.
5.      Penyakit saluran kencing: bakteriura, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal.
6.      Penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid.
7.      Malnutrisi; dan sebagainya.
2.3 Diagnosa
1. Anamnesis :
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya, atau wanita belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit-sakit seperti mau melahirkan.
3.      Inspeksi :
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu kurus.
4.      Palpasi:
  1. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan; tidak teraba gerakan-gerakan janin.
  2. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
5.      Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan deptone tidak terdengar denyut jantung janin.
6.      Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
7.      Rontgen foto abdomen:
  1. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
  2. Tanda nojosk: adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
  3. Tanda Gergand : adanya hipeekstensi kepala tulang leher janin,
  4. Tanda spalding : overlapping tulang – tulang kepala (sutura) janin
  5. Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.
  6. Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat
8.      USG
a.       tidak terlihat denyut jantung janin
b.      tidak terlihat gerakan – gerakan janin
Penanganan
a.       Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu – buru bertindak, sebaiknya diobservasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnosa.
b.      Biasanya selama masih menunggu ini 70 – 90 % akan terjadi persalinan yang spontan
c.       Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis, partus belum mulai maka wanita harus dirawat untuk dilakukan indksi partus.
d.      Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip, dengan atau tanpa  amniotomi.
2.4. Pengaruh Terhadap Ibu
  1. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu biasanya tidak membahayakan ibu
  2. Setelah lewat 4 minggu kemungkinan terjadinya kelainan dan hipofibrinogemia akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis.
  3. Bila terjadi hipofibrinogemia bahayanya adalah perdarahan post partum, terapinya adalah pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar